Model Kano yang
dikembangkan oleh Dr. Noriaki Kano adalah model yang bertujuan untuk
mengkategorikan atribut-atribut dari produk ataupun jasa berdasarkan seberapa
baik produk atau jasa tersebut mampu memuaskan kebutuhan pelanggan.1
Di dalam modelnya, Kano membedakan tiga tipe produk yang diinginkan yang dapat
mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu: (Kano, 1984)
a. Must-be
requirements atau basic needs
Konsumen secara ekstrim akan
tidak puas jika kategori ini tidak dipenuhi. Di sisi lain, karena konsumen menganggap
kategori ini sudah semestinya, maka pemenuhan kategori ini tidak akan meningkatkan
kepuasan konsumen. Must-be requirements
merupakan kriteria dasar dari sebuah produk ataupun jasa. Kategori
ini dipandang sebagai syarat mutlak bagi konsumen, karena mereka menganggap kategori
ini sudah semestinya ada sehingga secara eksplisit tidak memuaskan
mereka.
b. One-dimensional
requirements atau performance needs
Untuk kebutuhan ini, kepuasan konsumen
proporsional atau sebanding dengan kinerja atribut. Semakin tinggi kinerja atribut,
maka semakin tinggi pula kepuasan konsumen. One-dimensional
requirements secara eksplisit selalu dituntut oleh konsumen.
c. Attractive
Requirements atau Excitements Needs
Kategori ini merupakan
kriteria produk yang memiliki pengaruh paling besar pada
kepuasan konsumen jika diberikan. Attractive requirements tidak dituntut
harus ada dan juga tidak diharapkan oleh konsumen. Peningkatan kepuasan
konsumen yang sangat tinggi akan ditimbulkan dalam pemenuhan kategori
ini. Tetapi jika tidak dipenuhi, tidak akan menyebabkan penurunan tingkat
kepuasan.
Gambar 1. Model Kano
(Berger et al., 1993)
Dengan mempertimbangkan Model Kano, dapat terlihat bahwa tidaklah
cukup bagi sebuah organisasi untuk
memuaskan konsumen dengan memenuhi kebutuhan
must-be dan one-dimensional mereka untuk bertahan dalam
persaingan yang ketat ini. Salah
satu alasan utama mengapa hal ini terjadi adalah pada saat ini banyak beredar jasa sejenis yang dapat dipilih
konsumen, sehingga hanya jasa yang
inovatif yang dapat menarik perhatian konsumen tersebut.2
Strategi yang dapat diadopsi perusahaan untuk menghasilkan produk
yang dapat melampaui harapan pelanggan
adalah dengan menghasilkan layanan yang
mempunyai attractive
quality. Strategi ini
mengharuskan perusahaan untuk memperhatikan
bagaimana menciptakan attractive
quality dalam proses pengembangan layanannya.
Adapun keuntungan yang didapatkan dengan mengklasifikasikan customer requirements berdasarkan Model Kano adalah sebagai berikut:3
·
Prioritas untuk pengembangan produk. Sebagai contoh,
sangatlah tidak berguna untuk melakukan investasi dalam peningkatan
kategori must-be yang telah berada pada level memuaskan tetapi lebih baik meningkatkan kategori one-dimensional atau attractive karena keduanya memiliki
pengaruh yang lebih besar pada kualitas produk dan tingkat kepuasan
konsumen.
·
Product requirements lebih dipahami.
Kriteria produk yang memiliki pengaruh paling besar pada
kepuasan konsumen dapat diidentifikasi.
·
Model Kano untuk kepuasan konsumen secara optimal dapat
dikombinasikan dengan quality
function deployment. Merupakan sebuah syarat mutlak untuk mengidentifikasi customer needs,
hirarki dan prioritasnya. Model Kano digunakan untuk menentukan importance dari feature produk secara individu untuk kepuasan konsumen dan
menciptakan syarat mutlak yang optimal untuk orientasi proses pada
aktivitas pengembangan produk.
·
Model Kano menyediakan bantuan yang berharga dalam situasi trade-off, dalam tahap
pengembangan produk. Jika terdapat dua product
requirements yang tidak dapat
dipenuhi secara bersamaan karena alasan teknis atau finansial, kriteria tersebut dapat diidentifikasi dengan melihat mana yang memiliki
pengaruh paling besar pada kepuasan konsumen.
·
Menemukan dan memenuhi attractive
requirements akan menciptakan sebuah perbedaan yang sangat besar. Sebuah
produk yang hampir memenuhi kepuasan akan kategori must-be dan one-dimensional
dipandang sebagai produk yang rata-rata dan oleh karena itu dapat digantikan
dengan mudah. (Hinterhuber/Aichner/Lobenwein, 1994)
Dalam menentukan kategori tiap atribut tiap responden,
didasarkan pada Tabel Evaluasi Kano pada tabel 1.4
Tabel 1.
Tabel Evaluasi Kano
Kebutuhan Konsumen
|
Dysfunctional
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Suka
|
Harap
|
Netral
|
Toleransi
|
Tidak Suka
|
||
Functional
|
1.Suka
|
Q
|
A
|
A
|
A
|
O
|
2.Harap
|
R
|
I
|
I
|
I
|
M
|
|
3.Netral
|
R
|
I
|
I
|
I
|
M
|
|
4.Toleransi
|
R
|
I
|
I
|
I
|
M
|
|
5.Tidak Suka
|
R
|
R
|
R
|
R
|
Q
|
Sumber: Pawitra, Meitha dan
Irawati, 2012
Adapun enam kategori yang terdapat
pada Tabel 1. yaitu:
1. A = Attractive
Menggambarkan
akan adanya peningkatan konsumen jika produk tersebut berfungsi lebih baik dari
biasanya, tetapi kepuasannya tidak akan menurun jika produk tidak berfungsi
lebih baik dari fungsi biasanya.
2. M = Must-be
Menggambarkan semakin suatu
produk tidak berfungsi dengan semestinya, maka kepuasan konsumen akan semakin
menurun, tetapi kepuasan konsumen tidak akan meningkat walaupun produk tersebut
berfungsi dengan sangat baik.
3.
O = One-dimensional
Menggambarkan
kepuasan konsumen akan meningkat jika sebuah produk semakin berfungsi dengan
baik, dan sebaliknya kepuasan konsumen akan menurun jika sebuah produk tidak
berfungsi dengan semestinya.
4. I = Indifferent
Kepuasan
konsumen tidak dipengaruhi oleh sifat produk yang fungsional atau tidak
fungsional. Sebagai contoh, ada atau tidaknya fasilitas converter tidak akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Indifferent pada gambar 1 biasanya
diplotkan di sepanjang sumbu x (horisontal).
5. R = Reverse
Reverse
adalah penetapan dari perusahaan terbalik dengan apa yang dirasakan oleh
konsumen.
6. Q = Questionable
Sedangkan
questionable adalah jawaban dari konsumen (responden) tidak jelas
atau kurang sesuai dengan pertanyaan yang ada.
Setelah
mengkombinasikan jawaban-jawaban responden berdasarkan pertanyaan
fungsional dan
disfungsional, hasil dari evaluasi Kano tersebut dimasukkan pada tabel hasil yang
menunjukkan distribusi keseluruhan dari kategori customer requirements.
Prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2. (Sauerwein,
F. Bailom, K. Matzler, & H.H. Hinterhuber, 1996)
Gambar 2. Proses Evaluasi Kano
Penentuan kategori Kano untuk
setiap atribut dengan menggunakan Blauth’s Formula adalah
sebagai berikut: (Pawitra, 2002)
-
Jika (one-dimensional + attractive
+ must-be) > (indifferent + reverse + questionable),
maka grade diperoleh dari ujung yang paling maksimum dari (one-dimensional,
attractive, must-be).
-
Jika (one-dimensional + attractive
+ must-be) < (indifferent + reverse + questionable),
maka grade diperoleh dari ujung yang paling maksimum dari (indifferent,
reverse, questionable).
Alasan
menggunakan metode formula ini adalah karena pada dasarnya Model
Kano terdiri dari tiga kategori yaitu attractive, one-dimensional,
dan must be. Akan
tetapi dalam respon konsumen selalu ada dan muncul kategori indifferent, reverse,
dan questionable.
Footnote:
1 Tony Wijaya, 2011, Manajemen Kualitas Jasa: Desain Servqual, QFD, dan Kano Disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian, Jakarta, PT. Indeks:55
2 Jayanti Wilar, 2005, Perancangan Peningkatan Kualitas Layanan Java Jimmy’s Pub Dengan Metode Servqual, Kano Dan Quality Function Deployment, Surabaya, Universitas Kristen Petra:13
3 Tony Wijaya, 2011, Manajemen Kualitas Jasa: Desain Servqual, QFD, dan Kano Disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian, Jakarta, PT. Indeks:58
4 William Saputra, Nancy R. Sagita, 2007, Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan PT. X, Surabaya, Universitas Kristen Petra:14
Sedikit berbagi dari bab 2 tugas akhir saya :) Semoga bermanfaat >,<!
nice;)
ReplyDeletesip
ReplyDeletemau tanya donk, yg Tabel Evaluasi Kano itu dapet dr mana ya sumbernya???
ReplyDeleteterima kasih